Menyenangkan Hati Nabi Dengan Menjunjung Tinggi Adab dan Akhlaq di Masa Kini
“Alangkah indahnya hidup ini, Andai dapat kutatap wajah-Mu, Kan pasti mengalir air mataku, Karena pancaran ketenangan-Mu.”
-Syair Habib Syech-
Sudah kebayang bukan nikmatnya seperti apa, jika nanti bisa bertemu dan berkumpul dengan Baginda Agung Muhammad SAW. Ada cara yang sangat dekat dan mudah untuk kita umat akhir zaman yaitu dengan menjunjung tinggi adab dan akhlaq Nabi. Adab dan akhlaq merupakan suatu pembahasan penting di masa kini.
Salah satu keuntungan menjadi mahasiswa sekaligus santri adalah kita dididik untuk mengedepankan adab dibanding ilmu. Hal yang tidak akan kalian dapatkan pada pendidikan formal umum. Beberapa dosen mungkin menyelipkan nilai-nilai adab namun itu tidak banyak, ditambah dengan lingkungan kampus yang heterogen menjadikan banyak budaya berkumpul. Mahasiswa-mahasiswa yang tidak bisa mempertahankan unggah-ungguh akan mudah terpengaruh dan terbawa dengan budaya baru yang dibawa temannya.
Bukankah Nabi diutus Allah turun ke bumi untuk menyempurnakan akhlaq manusia? Bukankah Nabi adalah sebaik-baiknya contoh? Lalu, mengapa masih ada rasa sulit dalam meneladani akhlaq Nabi? Cobalah muhasabah diri sendiri. Barangkali kesulitan itu ada, karena penolakan kita pada takdir yang telah ditentukan Sang Maha Kuasa.
Nabi Muhammad SAW pasti akan senang jika melihat seluruh umatnya menjunjung tinggi adab dan akhlaq. Memper-adab-kan umat bukan hanya tugas para pejabat, petinggi, atau kiai, tapi ini tugas kita semua sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Harusnya kita semangat karena keutamaan adab sudah sering kali digembor-gemborkan.
Seperti pesan Ibu Imam Malik ketika mengantar Imam Malik di majelis Imam Robiah, ibunya berpesan “Ambillah dari Imam Robiah adabnya dahulu baru ilmunya.” Begitupun pesan Imam Malik kepada muridnya Imam Ghazali “Jadikan ilmumu sebagai garam dan adabmu sebagai tepung”. Dengan begitu akan tercipta adonan roti yang enak dan pas. Artinya kita akan menjadi mulia apabila mengedepankan adab. Sebuah analogi yang sangat hebat bukan.
Sebagai mahasantri (mahasiswa sekaligus santri) kita harus mampu membawa perubahaan di dunia perkuliahan. Sedikit demi sedikit mengajak teman-teman mengamalkan akhlaq Nabi. Menggeser budaya cheating para mahasiswa ke budaya jujur. Menanamkan budaya malu apabila datang terlambat. Mengajarkan bagaimana adab di depan dosen dan adab-adab lain yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Tahukah kalian kalau asal mula munculnya peradaban adalah karena adanya adab? Peradaban tumbuh dan berkembang dengan adab. Jika dianalogikan sebagai kapal, adab adalah nahkodanya dan ilmu adalah kendaraannya. Adablah yang akan menuntun sang pemilik ilmu menuju ke hakikat ilmu yang sejati, menuju tujuan akhir yang sebenarnya.
Adab murid pada gurunya, akhlaq dengan temannya, bakti kepada orang tuanya, merupakan pengamalan akhlaq Nabi yang harus ada di masa kini. Karena saat ini, yang kita butuhkan adalah orang-orang beradab, yang jujur dan mampu menjaga amanah. Apabila ditanya kenapa sih harus adab dulu baru ilmu? Jawabnya karena ilmu yang didapat akan bisa berkah dan manfaat dengan adanya adab. Sia-sia bukan jika tidak adab di dalam ilmu dan disitulah jurang kehancuran terbangun.
Ada banyak orang pintar di dunia ini, namun orang yang beradab sangat minim adanya. Bayangkan jika semua orang pintar tersebut juga orang yang beradab pasti dunia ini akan tenang dan damai. Namun, orang baik juga tidak bisa tercipta dengan sendirinya. Orang baik tercipta karena tempat yang baik, lingkungan yang baik, dan teman yang baik.
Fadhilah Dwi L.S, Santri Putri PMM
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Pentingnya Adab Bagi Penuntut Ilmu
Sayyidina Umar Ra memberikan nasihat bahwasanya “Belajarlah untuk mengkaji agama dan jika engkau belajar agama maka belajarlah untuk tenang dan berwibawa, serta santun”. Nas
Kebermanfaatan Sebagai Bukti Cinta Rosulullah
Bismillahirrohmanirrohim, memulai apapun dengan awalan basmalah. Menggerakkan setiap anggota tubuh kita harus diawali dengan basmalah, agar apa? Agar keberkahan atau kebaikannya tidak t
Sebagai Santri Milenial, Masihkah Harus Meneladani Sunnah Nabi?
Jika dihitung sejak Nabi menghembuskan nafas terakhir hingga hari ini, waktu telah berjalan sebegini jauhnya, bumi sudah sebegini tuanya, hitungan jari tak lagi mencukupi, bila kita iba
Siwak, Sunnah Nabi yang Hampir Terlupakan
Sampai detik ini mungkin masih ada orang yang asing dengan siwak. Padahal siwak ini adalah sunnah yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi dan para sabahat serta ulama-ulama salaf, kare