Sebagai Santri Milenial, Masihkah Harus Meneladani Sunnah Nabi?
Jika dihitung sejak Nabi menghembuskan nafas terakhir hingga hari ini, waktu telah berjalan sebegini jauhnya, bumi sudah sebegini tuanya, hitungan jari tak lagi mencukupi, bila kita ibaratkan langit sebagai sebuah lensa kamera dan manusia adalah objeknya, entah berapa panjang pita pita kaset kehidupan. Ditilik dari sudut ilmu manapun, hampir tak akan menemukan kesamaan pada dua bagian waktu yang disebut diawal.
Mungkin, entah sekali atau dua kali pernah terbesit di pikiran kita ‘Di jaman serba maju ini, bagaimana bisa meneladani sunnah Nabi?’ contoh saja, semua orang masa kini sudah makan menggunakan sendok padahal sunnah Nabi adalah makan dengan tiga jari. Atau semisal, kebiasaan Nabi tidur di atas tikar sedang sekarang tidur di kasur jauh lebih nikmat. Orang biasanya cenderung banyak beralasan hanya untuk menghindari hal hal yang dirasa kurang nyaman. Sebagian dari mereka akan terus berlindung pada alasan alasan tadi. Termasuk, mereka mereka yang kita sebut santri.
Definisi dari santri sendiri jauh lebih luas dari yang biasa dikatakan orang, mereka terbiasa berpikir dan menyebut santri hanya “murid pesantren”. Gus Mus berpandangan santri sebagai murid Kyai yang dididik dengan kasih sayang untuk menjadi mukmin yang kuat, hal tersebut beliau tulis di media sosialnya pada senin (22/10). Ulama lain, mengatakan bahwa sun diartikan matahari sedang three adalah tiga berarti Tiga Matahari, mereka bukan hanya akan menyinari agama tapi juga negara dan keluarga.
Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa santri berada beberapa langkah didepan para awam. Bukankah hal ini berarti akan terasa tidak pantas bila kita masih menggunakan alasan perbedaan jaman dalam beribadah? Hanya karena Nabi masih naik unta bukan lamborghini aventador, masih makan kurma bukan dessert box bittersweet by najla, maka lantas kita mengabaikan sunnah-sunnah beliau? Lantas membiarkan sunnah tersebut hanya sebagai tulisan tulisan kosong tanpa arti?
Mari kita telisik lebih jauh lagi, sebuah keuntungan karena kita dilahirkan di jaman terbang ke langit bukan hal tabu yang mengundang hujatan manusia sekampung, banyak penelitian mengenai kebiasaan dan sunnah sunnah Nabi, bukan hanya memberi impact baik menurut agama tapi juga kesehatan. Seperti ibadah puasa yang kata para ahli dapat memberi jeda dan istirahat bagi alat pencernaan atau sholat yang kata para ahli lagi dapat memperlancar aliran darah. Coba perhatikan beberapa gerakan senam dasar, mereka mulai menggunakan gerakan gerakan sholat untuk kemudian diberi modifikasi agar semakin lengkap.
Karena dinamakan sunnah berarti bukan suatu amalan yang harus atau wajib dilaksanakan, seperti amalan amalan sunnah lainnya, sifatnya adalah pelengkap. Seperti irisan cabai hijau diatas mie kuah dengan telur disaat cuaca hujan, dia memberikan nikmat yang tak ada gantinya, memberikan kepuasan batin dan perasaan penuh dijiwa.
Sedang meneladani Nabi bagi santri lebih dari pada nikmat irirsan cabai atau kepuasan saat berhasil memasak donat pada percobaan pertama. Dia adalah hal yang harus hidup bersanding dengan kita, menjadi kebiasaan yang akan menemani hingga kita diangkat kereta beroda manusia. Santri yang jatuh cinta pada Nabi, akan selalu menjaga peninggalan Nabi tetap hidup, memelihara lebih dari kita kepada baju baju yang tertata rapi didalam almari.
Maka pertanyaan seperti ‘Masihkah harus kita meneladani Nabi?’ adalah satu dari sekian banyak pertanyaan dengan jawaban mutlak.
Zahro Atira Kholida, Pemenang lomba menulis artikel dalam rangka semarak hari santri nasional 2020 santri putri PMM
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Pentingnya Adab Bagi Penuntut Ilmu
Sayyidina Umar Ra memberikan nasihat bahwasanya “Belajarlah untuk mengkaji agama dan jika engkau belajar agama maka belajarlah untuk tenang dan berwibawa, serta santun”. Nas
Kebermanfaatan Sebagai Bukti Cinta Rosulullah
Bismillahirrohmanirrohim, memulai apapun dengan awalan basmalah. Menggerakkan setiap anggota tubuh kita harus diawali dengan basmalah, agar apa? Agar keberkahan atau kebaikannya tidak t
Menyenangkan Hati Nabi Dengan Menjunjung Tinggi Adab dan Akhlaq di Masa Kini
“Alangkah indahnya hidup ini, Andai dapat kutatap wajah-Mu, Kan pasti mengalir air mataku, Karena pancaran ketenangan-Mu.” -Syair Habib Syech- Sudah kebayang bukan n
Siwak, Sunnah Nabi yang Hampir Terlupakan
Sampai detik ini mungkin masih ada orang yang asing dengan siwak. Padahal siwak ini adalah sunnah yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi dan para sabahat serta ulama-ulama salaf, kare