• PESANTREN MADINAH MUNAWWARAH
  • Darul Fiqhi wa Da'wah

Mengenal Sosok Imam Asma’i, Ulama Besar dari Basyrah

Imam Asma’i adalah salah satu ulama yang terkenal sangat kuat hafalannya. Kuatnya hafalan dari Imam Asma’i dikarenakan beliau selalu ndarus dan mengulang-ngulang pelajaranya. Kata Imam Asma’i “aku selalu mengulang-ngulang pelajaran di saat teman temanku malas untuk mengulang-ngulang”.

Bahkan Imam Syafi’i pun sampai kagum dengan Imam Asma’i. Kata Imam Syafi’i aku tidak pernah melihat orang yang bahasanya fasih seperti Imam Asma’i”. Imam Ahmad bin Hambal juga memuji Imam Asma’i karena di umur belum genap 20 tahun sudah menghafal 16.000 kitab syair.

Salah satu yang pernah dikatakan oleh Imam Asma’i adalah beliau khawatir pada orang yang tidak belajar nahwu, karena khawatir nanti salah di dalam membaca hadits, apabila salah dalam membaca hadits artinya dia berbohong dengan sabdanya Rosulullah SAW. Maka penting bagi seorang santri untuk belajar ilmu nahwu shorof.

Tidak ada orang yang jadi ulama dulunya tidak susah. Pasti susah. Karena semua kemuliaan itu tidak ada yang gratis.

Salah satu kitab yang menceritakan tentang Imam Asma’i adalah Kitab Al Faroj tentang teladan-teladan orang sukses, karya dari Imam Al Thanuhi.

Imam Asma’i dulunya orang misikin dari Basrah. Nama kecil beliau adalah Abdul Malik bin Qurain. Rumahnya kecil di jalan yang sempit, dekat dengan sebuah toko yang penjaganya selalu meledek ketika Imam Asma’i akan berangkat mengaji.

“Mau kemana kamu Asma’i?” Tanya tetangganya saat setiap kali bertemu dengan Imam Asma’i.

“Untuk apa kamu mengaji wahai Asma’i?” Tanya tetangganya dengan nada meledek Imam Asma’i.

Karena Imam Asma’i tidak ingin diledeki oleh tetangganya setiap kali akan berangkat untuk mengaji, maka Imam Asma’i memilih untuk berangkat mengaji pukul 3 pagi dan pulang pada pukul 10 malam. Imam Asma’i karena saking miskinnya beliau sampai menjual baju-bajunya hingga hanya tersisa dua baju saja, satu baju mengaji dan satu baju untuk tidur.

Suatu malam ketika pulang mengaji, Imam Asma’i ketahuan oleh tetangganya, kemudian tetangganya karena merasa kasihan dengan Imam Asma’i dia menawarkan pekerjaan kepada Imam Asma’i untuk menjadi pembantu di tokonya dengan gaji satu bulan 500 dirham. Namun Imam Asma’i menolaknya, karena lebih memilih untuk tetap bisa mengaji. Bahkan sampai tetangganya menghina-hina Imam Asma’i, beliau tetap menolak tawaran pekerjaan tersebut.

Begitu perjuangan yang dilakukan oleh Imam Asma’i, sampai suatu ketika ada seseorang yang datang ke rumah Imam Asma’i dengan membawa 10 kuda, yang ternyata utusan dari Raja Basrah. Para prajurit tersebut diutus untuk membawa Imam Asma’i dengan membawakannya 1000 dirham untuk dites keilmuannya di kerajaan, karena kealiman Imam Asma’i. Berkat kesungguhan dan kegigihannya dalam menuntut ikmu, Imam Asma’i dipilih untuk menjadi pendidik di kekhalifahan Harun Ar- Rasyid. Khalifah Harun Ar-Rasyid meminta Imam Asma’i untuk mendidik anak- anaknya yaitu Amin dan Makmun.

Tapi oleh Imam Asma’i, keduanya tidak diperbolehkan lagi untuk tinggal di kerajaan, melainkan tinggal bersama dengan Imam Asma’i. Amin dan Makmun dididik oleh Imam Asma’i dengan sebaik-baik didikan hingga hafal Al-Qur’an, ahli fiqih, dan tafsir.

Karena keberhasilan Imam Asma’i di dalam mendidik putra-putra Khalifah Harun Ar-Rasyid. Khalifah menghadiahi Imam Asma’i berhektar-hektar ladang, bahkan hampir 50 hektar ladang yang dimiliki oleh Imam Asma’i. Khalifah senang dan puas saat Makmun sudah dapat memimpin khutbah dan sholat jum’at di kerajaan berkat dididik oleh Imam Asma’i. 

Suatu ketika Imam Asma’i meminta kepada Khalifah Harun Ar-Rasyid di Baghdad untuk mengirim surat kepada Raja Basrah. Isi surat tersebut adalah ketika hari kedatangan Imam Asma’i di Basrah, beliau meminta kedatangannya disambut oleh Raja Basrah bersama dengan prajuritnya dan menteri-menterinya, dan dikirim surat tersebut sampai ke balai kerajaan. Dan sesampainya Imam Asma’i di Basrah dilaksanakan open hause selama tiga hari berturut-turut, hari pertama untuk kalangan ulama, hari kedua untuk kalangan kerajaan, dan hari ketiga untuk kalangan orang biasa seperti petani dan para tukang.

Di hari yang ketiga Imam Asma’i bertemu dengan tetangga yang dulu menghinanya setiap hari, saat Imam Asma’i akan berangkat mengaji. Saat tetangganya sadar bahwa beliau adalah Asma’i, maka orang tersebut langsung meminta maaf kepada Imam Asma’i dan merasa bersalah kepada Imam Asma’i. Dengan ketawadhu’an yang dimiliki Imam Asma’i,  beliau sama sekali tidak merasa dendam dengan tetangganya tersebut. Justru Imam Asma’i berterima kasih kepada tetangganya, karena berkat hinaan dan cacian dari tetangganya Imam Asma’i semakin gigih dalam menuntut ilmu. Meskipun dulu Imam Asma’i hidup susah dan miskin, berkah dari kesungguhan beliau dalam mencari ilmu, Imam Asma’i dimuliakan karena kealimannya.

 

FAJWATIN, Santri Putri PMM

Tulisan Lainnya
Biarkan Aku Mencintaimu seperti Mereka

Cantik, indah, menawan dan menjadi pusat perhatian, hal yang selalu dikejar oleh jutaan hawa di muka bumi ini. Foundation, sunscreen, bedak, liptint, mascara, eye shadow, blush on dan m

12/02/2021 11:54 - Oleh Admin PMM - Dilihat 3264 kali
Syair Ashma

Al-Imam Abu al-Hasan Ali al-Jurjaniy   Mereka berkata kepadaku engkau dalam kemiskinan, sesungguhnya Mereka melihat seseorang yang sedang menahan diri dari kehinaan Kulihat manusia

03/10/2020 23:42 - Oleh Admin PMM - Dilihat 1520 kali